PkdpNews.Com | ArtaSariMediaGroup ~ Lima prinsip ini menjadi dasar kami dalam mengulas langsung proyek infrastruktur strategis yang sedang dibangun di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat.
Proyek yang tak hanya menyambung dua wilayah administratif, tetapi juga menyambung harapan ribuan warga — termasuk para perantau — untuk akses yang lebih baik, aman, dan berkelanjutan.
Dari Seremoni ke Aksi Lapangan
Usai menghadiri kegiatan keagamaan Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) di Nagari III Koto Aur Malintang, Bupati Padang Pariaman, John Kenedy Azis, bersama rombongan langsung turun ke lapangan.
Bukan sekadar kunjungan simbolik, peninjauan ke lokasi pembangunan Jembatan Batang Maduang (Sungai Pingai) di Nagari III Koto Aur Malintang Selatan, Kecamatan IV Koto Aur Malintang, adalah bentuk nyata kontrol langsung terhadap proyek infrastruktur vital yang sedang dikerjakan.
Dengan nilai proyek sebesar Rp 1,25 miliar dari Dana Alokasi Umum (DAU) Fiskal Tahun 2025, jembatan ini ditargetkan menjadi penghubung strategis antara Kabupaten Padang Pariaman dan Kabupaten Agam — dua wilayah dengan aktivitas sosial dan ekonomi yang saling terhubung erat.
Namun, per 12 Oktober ini, progres pembangunan baru menyentuh sekitar 10 persen. Capaian ini membuat bupati langsung mengingatkan pentingnya disiplin waktu dan kualitas teknis.
“Kami menegaskan kepada pihak pelaksana agar pekerjaan ini tidak asal jadi,” kata Bupati John Kenedy Azis dengan nada serius. “Laksanakan sesuai spesifikasi teknis yang telah ditentukan, agar jembatan ini kokoh dan bermanfaat jangka panjang.”
Jembatan Harapan : Apa yang Sebenarnya Dipertaruhkan?
Melalui perspektif investigatif, kami melihat bahwa proyek Jembatan Batang Maduang bukan sekadar pembangunan fisik. Ia adalah jawaban atas kebutuhan mendesak akan konektivitas antarwilayah, khususnya untuk memotong waktu tempuh dan memperlancar jalur distribusi hasil pertanian, perdagangan lokal, serta mobilitas warga.
Yang paling terdampak tentu adalah para perantau — komunitas vital yang rutin pulang kampung saat Lebaran dan momentum budaya lainnya. Bagi mereka, jembatan ini adalah harapan agar perjalanan ke kampung halaman tak lagi dibayang-bayangi rasa waswas saat menyeberangi sungai yang rawan saat musim hujan.
“InsyaAllah, jika tidak ada kendala berarti, tahun depan masyarakat dan perantau sudah bisa melintas dengan nyaman di atas jembatan ini,” ujar Bupati optimistis.
Pembangunan, Antara Tekad dan Tantangan
Namun seperti proyek-proyek lain di daerah, tantangan di lapangan tak bisa dihindari:
- Kondisi geografis yang kompleks,
 - Ketergantungan pada cuaca,
 - Kesiapan kontraktor dan ketersediaan material,
 - Serta pengawasan terhadap spesifikasi teknis dan penggunaan anggaran.
 
Oleh karena itu, pendekatan hands-on seperti yang dilakukan Bupati menjadi penting. Tidak hanya menekan pihak pelaksana agar bekerja sesuai jadwal, tetapi juga menunjukkan komitmen pemerintah untuk menjaga transparansi dan akuntabilitas penggunaan anggaran publik.
“Kami ingin seluruh pembangunan berjalan dengan prinsip akuntabilitas dan kualitas. Tidak boleh asal cepat, tapi harus sesuai standar dan bermanfaat untuk masyarakat luas,” tegasnya.
Transparansi dan Kepemimpinan di Ujung Jembatan
Dari kacamata kami, ada tiga poin penting dari dinamika proyek ini yang patut disoroti secara edukatif dan konstruktif:
- Pemimpin yang Turun Langsung
Langkah Bupati meninjau langsung proyek patut diapresiasi sebagai bentuk kepemimpinan berbasis monitoring lapangan. Ini mencerminkan praktik good governance dalam pembangunan daerah. - Keseimbangan Antara Cepat dan Tepat
Pembangunan infrastruktur sering dihadapkan pada tekanan penyelesaian waktu, namun kualitas tak boleh dikorbankan. Pernyataan bupati untuk tetap berpegang pada spesifikasi teknis adalah penegasan prinsip “quality over speed.” - Pentingnya Komunikasi dan Ekspektasi Publik
Publik berhak tahu sejauh mana progres proyek berjalan. Dengan membuka informasi tentang progres 10 persen, pemerintah daerah menunjukkan itikad transparan. Namun, komunikasi dua arah — termasuk menerima masukan masyarakat — juga harus dijaga agar proyek berjalan partisipatif. 
Catatan Redaksi
Kami percaya, jurnalisme bukan hanya soal memberitakan fakta, tetapi juga menyampaikan harapan dan membuka ruang kontrol publik. Jembatan Batang Maduang adalah contoh bagaimana pembangunan harus terus diawasi, didorong, dan dikritisi secara adil agar tak sekadar menjadi proyek selesai, tapi juga proyek yang menyambungkan manfaat.
Karena pembangunan bukan soal beton dan besi saja, tapi tentang kepercayaan dan keberlanjutan. Dan kepercayaan itu, seperti jembatan, hanya bisa dibangun jika ada fondasi yang kuat: akuntabilitas, komitmen, dan keberpihakan pada masyarakat. | PkdpNews.Com | */Redaksi | *** |

