PKDPNews.Com | ArtaSariMediaGroup ~ Penelitian ini ditekankan pada kehidupan komunitas Tionghoa yang tinggal di Sumatera Barat, pada pertengahan abad XIX sampai awal abad XX, meliputi proses dan pendorong kedatangan, terbentuknya pemukiman, struktur sosial politik, organisasi, dan pendidikan. Penelitian ini menggunakan metode sejarah dengan melakukan penelitian arsip dan studi pustaka.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa factor-faktor yang mendorong orang Tionghoa datang ke Sumatera Barat dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan politik.
Pada mulanya imigran Cina yang datang hanya laki-laki, sehingga terjadi perkawinan dengan wanita pribumi yang kemudian membentuk komunitas Tionghoa peranakan. lmigran Cina yarfg datang setelah akhir abad XIX membawa wanitanya yang kemudian membentuk komunitas Tionghoa totok.
Orang Tionghoa banyak tinggal di daerah pesisir, namun sejak pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan peraturan tentang hak milik tanah liar pada tahun 1873, banyak orang Tionghoa yang tinggal di kota-kota di pedalaman Sumatera Barat, seperti di Padang Panjang, Bukittinggi, Payakumbuh, Sawahlunto, Solok.
Biasanya mereka tinggal secara berkelompok di daerah pecinan. Orang Tionghoa berhasil membangun perekonomiannya dengan keahliannya dalam berdagang.
Walaupun dengan kesempatan yang terbatas, namun mereka mampu menguasai beberapa komoditi penting, terutama ekspor dan impor serta peranannya yang penting dalam perekonomian desa dengan memperkenalkan sistim mindering dan julu-julu.
Orang Tionghoa di Sumatera Barat menganut sistem kekeluargaan bilineal dan selalu mengharuskan untuk menghor ti orang tua (xiao). Sebagian besar orang Tionghoa di Sumatera Barat meng r ut ajaran Konghucu.
Sebagian menganut ajaran Budha, Kristen, dan sebagian kecil Islam, namun mereka pada umumnya lebih mendahulukan pelaksanaan upacara leluhur. Anak-anak Tionghoa belajar di sekolah khusus untuk orang Tionghoa yaitu Tiong Hoa Hwe Koan (THHK) atau di sekolah yang didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1908 yaitu, Hollands Chineesche School (HCS).
Tionghoa peranakan aktif dalam politik di Hindia Belanda, sedangkan Tionghoa totok berorientasi kepada budaya dan negara leluhur Cina dengan aktif menjalankan propagandapropaganda politiknya melalui bidang pendidikan (THHK).
Tionghoa peranakan yang memperoleh pendidikan Eropa mendirikan Chung Hua Chung Hui (CHCH) dan mempunyai wakilnya di Minangkabau Raad. | PKDPNews.Com | RepositoryUGM | *** |
1 Comment
sejarah