PKDPNews.Com | ArtaSariMediaGroup ~ Hoyak Tabuik Piaman [Pariaman] adalah sebuah tradisi yang sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu di daerah Pariaman, Sumatera Barat, Indonesia.
Setiap tahun, dalam rangka memperingati Asyura, warga Pariaman menggelar acara ini dengan prosesi yang penuh dengan simbolisme, ritual, dan perayaan.
“Hoyak Tabuik adalah sebuah prosesi yang melibatkan pembuatan dan pembakaran sebuah replika kuburan besar yang dikenal dengan nama “Tabuik”, yang dipimpin oleh masyarakat setempat dengan semangat gotong royong,” ungkap Rajo Ameh sapaan akrab dari Alizar Tanjung B.Sc Mi St. Rajo Ameh bercerita.
Namun, meski sudah menjadi tradisi yang sangat dihormati oleh masyarakat setempat, masih ada pertanyaan yang muncul: apakah tradisi ini bertentangan dengan ajaran agama tertentu dan norma-norma peradaban lainnya?,”tutur Rajo Ameh.
Asal Usul Hoyak Tabuik Piaman
Masyarakat Pariaman [Piaman.red], Hoyak Tabuik merupakan tradisi yang memiliki akar sejarah yang dalam, yang berkaitan dengan peringatan hari Asyura, yaitu hari ke-10 bulan Muharram dalam kalender Hijriyah.
Hari tersebut memiliki makna penting dalam agama Islam, terutama bagi umat Muslim Syiah, yang memperingati peristiwa tragis kematian Imam Hussein bin Ali, cucu Nabi Muhammad SAW, dalam Pertempuran Karbala.
Tradisi ini lebih berkembang di kalangan masyarakat Minangkabau, khususnya di Pariaman, yang mewarisi kebudayaan Syiah yang sangat kuat.
Hoyak Tabuik tidak hanya sekadar acara peringatan, tetapi juga melibatkan berbagai ritual dan simbol-simbol yang memperlihatkan semangat perjuangan dan pengorbanan. Sehingga hal inilah yang menjadikan asal mula hadirnya Hoyak Tabuik Piaman.
Aspek Agama
Perlu untuk diketahui dan penting untuk diingat bahwa Hoyak Tabuik memiliki akar yang kuat dalam tradisi Islam, khususnya yang berkembang di kalangan Syiah.
Untuk umat Syiah, peringatan Asyura adalah bentuk penghormatan terhadap Imam Hussein dan keluarganya yang gugur di Karbala, sebagai simbol perjuangan melawan ketidakadilan.
Namun, bagi umat Islam Sunni, yang lebih dominan di Indonesia, praktik ini bisa dianggap kontroversial.
Meskipun akar perayaan ini tidak bertentangan dengan ajaran dasar Islam, beberapa elemen dalam prosesi, seperti pembakaran Tabuik atau ekspresi duka yang sangat dramatis, bisa dianggap sebagai amalan yang tidak sesuai dengan prinsip Islam yang lebih menekankan pada kesederhanaan dalam beribadah.
Dalam konteks ini, beberapa kelompok umat Islam menganggap tradisi tersebut sebagai bentuk bid’ah (perbuatan yang tidak ada dalam ajaran Islam) atau bahkan menyimpang dari ajaran yang benar, terutama karena elemen-elemen simbolik yang ada di dalamnya, seperti parade dan pembakaran Tabuik, yang mereka anggap tidak diajarkan oleh Nabi Muhammad.
Namun, bagi umat Syiah yang mempraktikkan Hoyak Tabuik, acara ini bukan hanya sebuah tradisi, tetapi sebuah cara untuk memperingati dan menghormati pengorbanan yang dilakukan oleh Imam Hussein.
Bagi mereka, Hoyak Tabuik adalah bentuk ekspresi keagamaan yang sah dan memiliki nilai spiritual yang tinggi.
Aspek Budaya dan Peradaban
Dari sisi kebudayaan, Hoyak Tabuik memiliki nilai seni yang tinggi dan menjadi salah satu bagian penting dari warisan budaya Minangkabau.
Prosesi pembuatan Tabuik itu sendiri melibatkan keterampilan seni yang sangat terperinci, mulai dari desain hingga pembuatan struktur Tabuik yang terbuat dari bahan ringan dan dihias dengan warna-warni yang mencolok.
Masyarakat berbondong-bondong untuk ikut serta dalam pembuatan dan pengarakannya, yang menjadi bagian dari solidaritas sosial mereka.
Hoyak Tabuik juga menunjukkan nilai gotong-royong yang sangat kuat di masyarakat, di mana setiap individu memiliki peran dalam pelaksanaan tradisi ini.
Keberadaan Hoyak Tabuik dalam masyarakat Pariaman juga memperlihatkan peran penting agama dalam membentuk kebudayaan lokal, serta bagaimana ritual keagamaan dapat terintegrasi dengan kehidupan sosial dan budaya masyarakat.
Namun, dari sisi peradaban modern, terutama yang berorientasi pada kesadaran terhadap lingkungan dan kemajuan ilmu pengetahuan, pembakaran Tabuik bisa dianggap bertentangan dengan prinsip-prinsip keberlanjutan dan pelestarian lingkungan.
Pembakaran yang terjadi selama prosesi dapat menimbulkan polusi udara, dan penggunaan bahan-bahan yang tidak ramah lingkungan dalam pembuatan Tabuik bisa menambah beban terhadap masalah lingkungan yang semakin mendesak di dunia modern.
Aspek Sosial dan Ekonomi
Acara Hoyak Tabuik tidak hanya memiliki dimensi keagamaan dan budaya, tetapi juga memiliki dampak sosial dan ekonomi yang cukup signifikan bagi masyarakat setempat. Setiap tahun, acara ini menarik ribuan wisatawan, baik lokal maupun mancanegara, yang datang untuk menyaksikan prosesi tersebut.
Hal ini memberikan dampak positif terhadap sektor pariwisata, menghidupkan ekonomi lokal, serta memberikan kesempatan bagi para pedagang dan usaha mikro untuk memperoleh penghasilan tambahan.
Namun, ada juga tantangan yang dihadapi oleh pemerintah daerah dan masyarakat dalam mengelola acara ini, terutama dalam aspek pengendalian kerumunan dan penyediaan infrastruktur yang memadai.
Potensi risiko kecelakaan dan masalah kesehatan selama prosesi juga menjadi hal yang perlu diperhatikan, sehingga harus ada pengaturan yang lebih ketat untuk memastikan keselamatan semua pihak yang terlibat.
Persepsi Masyarakat dan Isu Kontroversial
Penting untuk dicatat bahwa meskipun Hoyak Tabuik merupakan bagian dari tradisi yang dihormati di Pariaman, acara ini terkadang mendapatkan kritik dari berbagai kalangan.
Terutama dari kelompok yang memiliki pandangan yang lebih konservatif dalam hal agama atau mereka yang menganggap bahwa praktik semacam ini dapat mengarah pada perpecahan dalam masyarakat, khususnya antara penganut Sunni dan Syiah.
Isu-isu seputar perbedaan keyakinan sering kali menjadi faktor yang memperburuk ketegangan sosial. Di sisi lain, ada pula yang melihat bahwa perayaan ini justru mencerminkan keberagaman budaya dan agama Indonesia, di mana masyarakat dapat hidup berdampingan meskipun memiliki perbedaan dalam cara beribadah dan merayakan hari-hari penting keagamaan.
Kegiatan Hoyak Tabuik Piaman adalah sebuah tradisi yang kaya akan nilai sejarah, budaya, dan agama. Bagi masyarakat Pariaman, tradisi ini adalah bagian tak terpisahkan dari identitas mereka, yang menghubungkan mereka dengan akar sejarah dan spiritualitas yang mendalam.
Namun, seperti banyak tradisi lainnya, Hoyak Tabuik tidak lepas dari kontroversi, baik dari perspektif agama, budaya, maupun peradaban modern.
Pada akhirnya, apakah Hoyak Tabuik bertentangan dengan agama atau peradaban lainnya, sangat bergantung pada perspektif masing-masing.
Bagi sebagian orang, tradisi ini adalah bentuk penghormatan dan perjuangan yang sah, sementara bagi yang lain, ini bisa dianggap sebagai praktik yang tidak sesuai dengan ajaran agama atau norma-norma peradaban yang lebih universal.
Yang jelas, Hoyak Tabuik tetap menjadi bagian penting dari warisan budaya Indonesia, dan seperti halnya tradisi-tradisi lainnya, ia terus berkembang, beradaptasi, dan menjalani dinamika sosial yang terus berubah. | PKDPNews.Com | */Redaksi | *** |
1 Comment
oke