PkdpNews.Com | ArtaSariMediaGroup ~ Di tengah derasnya arus modernisasi, kebudayaan tradisional sering kali tergerus oleh waktu.
Namun, baru-baru ini, satu langkah tegas datang dari Wakil Gubernur Sumatera Barat, Vasco Ruseimy, yang tampil sebagai sosok penggerak dalam upaya menghidupkan kembali silek—sebuah seni bela diri yang menjadi kebanggaan masyarakat Minangkabau.
Silek, lebih dari sekadar olahraga, memiliki nilai-nilai luhur yang menyentuh aspek moral dan spiritual, dan kini tengah diusung kembali sebagai bagian penting dalam pembentukan karakter generasi muda.
“Silek wajib diajarkan di setiap sekolah setingkat SMA di Sumatera Barat,” ujar Vasco dengan tegas dalam sebuah kesempatan baru-baru ini.
Pernyataan ini bukan hanya tentang kebijakan, tetapi sebuah seruan untuk menjadikan silek sebagai bagian dari pendidikan karakter di sekolah-sekolah, suatu langkah besar untuk menjaga agar warisan budaya Minangkabau tetap hidup dan berkembang di tengah masyarakat modern.
Silek : Lebih dari Sekadar Bela Diri
Bagi masyarakat Minangkabau, silek bukan hanya sekadar seni bela diri. Setiap gerakan dalam silek mengandung pesan moral yang dalam—mengenai pentingnya mengendalikan diri, menjaga keseimbangan, dan menghormati lawan.
Hal ini yang membuat silek memiliki dimensi spiritual yang kaya, bukan hanya soal kekuatan fisik.
Dalam konteks ini, Vasco Ruseimy menekankan bahwa silek adalah alat untuk menanamkan nilai-nilai luhur dalam diri generasi muda Minangkabau.
“Silek mengajarkan kita untuk sabar, menghargai lawan, dan menahan amarah. Ini adalah pelajaran hidup yang sangat relevan dengan tantangan zaman sekarang,” lanjut Vasco.
Menurutnya, dengan memperkenalkan silek di sekolah-sekolah, terutama pada tingkat SMA, siswa akan belajar lebih dari sekadar gerakan fisik ; mereka akan diajarkan untuk menjadi pribadi yang berkarakter, sabar, dan berkepribadian kuat.
Mendorong Pengembangan Silek Melalui Kebijakan dan Infrastruktur
Komitmen Vasco tidak hanya berhenti pada seruan verbal.
Ia menggagas agar kebijakan ini dituangkan dalam bentuk Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Sumatera Barat yang mengatur tentang pendidikan silek di sekolah.
Menurutnya, dengan adanya aturan yang jelas, pengajaran silek dapat dilaksanakan secara sistematis dan berkelanjutan, bukan sekadar menjadi acara seremonial yang hanya berlangsung sesekali.
Namun, gagasan besar ini membutuhkan dukungan nyata. Dalam visi lebih besar Vasco, pengembangan silek tidak hanya terbatas pada ruang kelas.
Bayangkan jika di setiap kota dan kabupaten di Sumatera Barat terdapat gelanggang silek permanen—sebuah arena yang dirancang modern seperti ring tinju, namun tetap menghormati adat dan nilai-nilai kesopanan Minangkabau.
Gelanggang ini bisa menjadi pusat pelatihan, pertunjukan, dan bahkan tempat pertukaran budaya internasional.
Silek sebagai Daya Tarik Wisata dan Pertukaran Budaya Internasional
Selain sebagai sarana pendidikan, Vasco Ruseimy juga melihat potensi besar silek untuk mendunia.
Ia membayangkan sebuah masa depan di mana Sumatera Barat menjadi pusat pertukaran budaya internasional dengan silek sebagai daya tarik utama.
Menggelar event silek antar-nagari, antar-provinsi, bahkan tingkat internasional, bisa menjadi langkah nyata untuk mengenalkan budaya Minangkabau ke dunia.
“Jika kita rutin mengadakan event silek, mengundang pelopor-pelopor seni bela diri internasional, bukan hanya untuk bertanding, tetapi untuk belajar tentang filosofi silek
Minangkabau—tentang keseimbangan, kesabaran, dan kehormatan—maka kita bisa menjadikan silek sebagai identitas kebudayaan global,” ujar Vasco.
Ini bukan hanya soal mencetak atlet yang handal, tetapi juga membangun sebuah brand budaya yang dikenal di seluruh dunia.
Langkah Awal yang Harus Didukung Bersama
Langkah Vasco Ruseimy adalah langkah yang membawa angin segar bagi kebangkitan silek di Sumatera Barat.
Namun, seperti api yang harus terus dijaga, semangat yang sudah ditanamkan oleh Wakil Gubernur ini memerlukan dukungan penuh dari seluruh elemen masyarakat—baik dari pemerintah, perguruan silek, hingga generasi muda itu sendiri.
“Silek bukan sekadar tentang siapa yang terkuat, tetapi tentang bagaimana kita tetap beradab dalam kekuatan.
Ini adalah pesan moral yang harus kita tanamkan dalam setiap gerakan silek,” pesan Vasco dengan penuh semangat.
Dengan memperkenalkan silek di sekolah-sekolah, memperbanyak gelanggang-gelanggang latihan, dan menyelenggarakan event-event budaya, Sumatera Barat memiliki potensi besar untuk menjadikan silek sebagai warisan dunia yang tak hanya hidup di surau dan gelanggang, tetapi juga di panggung dunia.
Masa Depan Silek : Dari Tradisi ke Dunia Internasional
Visi besar Vasco Ruseimy untuk menghidupkan kembali silek sebagai bagian dari pendidikan karakter dan budaya global menuntut langkah konstruktif dari berbagai pihak.
Jika kebijakan ini dapat diterapkan secara efektif melalui Perda dan didukung oleh fasilitas pelatihan yang memadai, maka bukan tidak mungkin dalam beberapa tahun ke depan, Sumatera Barat akan dikenal dunia bukan hanya karena keindahan alamnya, tetapi juga karena silek, seni bela diri tradisional yang mengajarkan kebijaksanaan dan kedisiplinan.
Kita berharap, semangat yang disuarakan oleh Vasco Ruseimy ini tidak hanya menjadi jargon belaka, tetapi menjadi gerakan nyata yang melibatkan seluruh masyarakat Minangkabau, dari anak-anak sekolah hingga generasi tua.
Dengan langkah bersama, silek akan terus hidup dan berkembang—sebuah warisan budaya yang bukan hanya membanggakan Sumatera Barat, tetapi juga dunia. | KdmChannel.Com | */Redaksi | *** |


1 Comment
oke