PkdpNews.Com | ArtaSariMediaGroup ~ Bali kembali dilanda bencana alam yang mengguncang warga dan wisatawan. Hujan deras yang mengguyur selama lebih dari 48 jam tanpa henti menyebabkan banjir besar di sejumlah wilayah, menjadikannya banjir terparah dalam sepuluh tahun terakhir.
Data sementara menyebutkan, sembilan orang dilaporkan meninggal dunia akibat bencana ini, sementara puluhan lainnya mengalami luka-luka dan ribuan terpaksa mengungsi.
Wilayah terdampak paling parah meliputi Jembrana, Gianyar, Karangasem dan Denpasar. Sejumlah jembatan dan akses jalan terputus, rumah-rumah warga terendam hingga atap, serta jaringan listrik dan komunikasi lumpuh di beberapa lokasi.
Tim SAR gabungan masih terus melakukan pencarian terhadap korban yang dilaporkan hilang dan evakuasi terhadap warga yang terjebak di kawasan rawan.
Pemerintah Provinsi Bali telah menetapkan status tanggap darurat bencana dan mengerahkan bantuan logistik ke titik-titik pengungsian.
Gubernur Bali mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi banjir susulan dan tanah longsor, mengingat curah hujan masih tinggi dalam beberapa hari ke depan.
Bencana ini menjadi pengingat bahwa perubahan iklim dan kerusakan lingkungan telah memperbesar risiko bencana hidrometeorologi di wilayah yang selama ini dikenal sebagai destinasi wisata dunia.
Pemerintah dan masyarakat diharapkan dapat bersama-sama mencari solusi jangka panjang untuk mitigasi bencana ke depan.
Sementara itu, CEO Pinang Merah Foundation, Alizar Tanjung BSc Mi St. Rajo Ameh mengatakan kita berduka dan semoga Bali lekas pulih, untuk membantu kelancaran komunikasi ; Management Pinang Merah Foundation telah melakukan kerjasama dengan JSCgroupmedia & ArtaSariMediaGroup dalam hal memberikan informasi banjir baik di Bali maupun di Nusa Tenggara Timur.
Banjir Bali Terparah Sepanjang Satu Dekade
Banjir yang melanda sejumlah daerah di Provinsi Bali, Rabu (10/09), merupakan yang terparah dalam satu dekade terakhir, kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali, I Gede Agung Teja Bhusana Yadnya.
Akibat banjir tersebut, setidaknya sembilan orang meninggal dunia. Dua korban terdapat di Kabupaten Jembrana, yang menurut catatan tim SAR, meninggal karena tersengat listrik dan terseret arus.
Lima korban meninggal lainnya ditemukan di Denpasar dan satu sisanya ditemukan di Gianyar.
Selain itu terdapat pula lebih dari 200 orang yang telah dievakuasi tim SAR di berbagai wilayah di Bali.
Dua orang meninggal tersebut merupakan warga Kabupaten Jembrana, menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
BNPB memantau banjir melanda empat wilayah administrasi kota dan kabupaten di Provinsi Bali.
Wilayah terdampak banjir berada di Kabupaten Jembrana, Gianyar, Tabanan, Klungkung dan Kota Denpasar.
Kepala Seksi Operasi dan Siaga Kantor Pencarian dan Pertolongan Basarnas Bali, I Wayan Juni Antara, menuturkan proses evakuasi terhadap korban banjir masih terus berlangsung hingga pukul 12.00 WITA sejak pukul 05.00 WITA.
Menurut Juni Antara, hujan yang melanda sejak kemarin, tidak berhenti sampai hari ini, mengakibatkan luapan air di sungai-sungai wilayah Denpasar.
Banyak jalan tergenang air sehingga akses jalan terputus dan tidak bisa dilalui kendaraan.
Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah III Denpasar melaporkan hujan dengan intensitas ringan hingga lebat disertai angin kencang dan petir terjadi di sebagian besar wilayah Bali sejak Selasa (09/09) pagi.
Hujan lebat tersebut memicu sejumlah aliran sungai di Pulau Bali meluap salah satunya aliran Tukad (Sungai) Badung di dekat Pasar Badung, Denpasar.
Daerah mana saja yang terdampak banjir?
Denpasar
Menurut catatan Basarnas, lima korban meninggal ditemukan di Denpasar. Tiga di antara mereka bernama Nadira (perempuan), Ni Wayan Lenyot (perempuan), dan Dedek Rio Adi Saputra (laki-laki).
Tim pencari menemukan satu korban meninggal tersebut di Jalan Hasanuddin. Dua korban meninggal lainnya ditemukan di Pasar Kumbasari.
Banjir di Denpasar mencapai 43 lokasi, menurut BPBD Bali.
“Di Kota Denpasar ada 43 titik, tapi yang terbesar banjirnya adalah di wilayah Pasar Kumbasari dan wilayah Jalan Pura Demak,” kata Gubernur Wayan Koster kepada wartawan Christine Nababan yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.
Gubernur Wayan Koster mengatakan para pedagang akan mendapat ganti rugi.
“Saya minta pak wali kota untuk menghitung kerugian bangunan dan material lainnya, termasuk barang-barang yang hanya dimiliki oleh para pedagang. Nanti semuanya akan diganti rugi dengan menggunakan anggaran sharing APBD Provinsi Bali dengan APBD Kota Denpasar,” paparnya.
Empat kecamatan di Kota Denpasar yang terdampak banjir meliputi Kecamatan Denpasar Timur, Denpasar Utara, Denpasar Selatan, dan Denpasar Barat.
Banjir menutup badan jalan di Teuku Umar Barat, Denpasar Barat, di depan Jalan Pura Demak. Begitu pula ruas jalan Gunung Salak, Gunung Soputan.
Sementara, terowongan (underpass) di simpang Dewa Ruci, Kuta, Badung, terendam banjir dan tidak bisa dilalui kendaraan. Di sebagian jalan Sunset Road Seminyak juga tergenang air, meski kendaraan bermotor masih bisa lalu lalang.
Dua titik yang dipantau Tim SAR adalah Ubung Kaja dan Jalan Pura Demak.
“Sekitar 30 orang dievakuasi di Ubung Kaja. Sementara di Jalan Pura Demak evakuasi diperkirakan sudah lebih dari 40 orang. Jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah,” kata Kepala Seksi Operasi dan Siaga Kantor Pencarian dan Pertolongan Basarnas Bali, I Wayan Juni Antara.
Jembrana
Sejumlah wilayah di Jembrana, Bali, terendam banjir sejak Selasa (09/09) hingga Rabu (10/09) pagi.
Banjir juga menyebabkan arus lalu lintas (lalin) di Jalan Denpasar-Gilimanuk lumpuh total.
Satu korban meninggal di Jembrana bernama Komang Oka Sudiastawa. Laki-laki berumur 38 tahun itu disebut tim SAR tersetrum listrik.
Satu korban meninggal lainnya di kabupaten ini adalah Nita Kumala yang berumur 22 tahun. Tim SAR menyebut Nita meninggal kerena terseret arus air.
Kasatlantas Polres Jembrana, Iptu Aldri Setiawan, mengatakan air merendam jalan kurang lebih sepanjang dua kilometer. Alhasil, kendaraan dari arah Denpasar menuju Gilimanuk maupun sebaliknya tidak bisa melintas.
“Arus lalin dari arah Denpasar menuju Gilimanuk atau sebaliknya masih terputus. Kami masih menunggu curah hujan reda dan ketinggian banjir menurun,” ungkap Aldri kepada Detik.com, Rabu (10/09).
Gianyar
Merujuk catatan resmi yang dirilis BNPB, setidaknya terdapat satu korban meninggal di kabupaten ini. Namun belum ada informasi rinci mengenai identitas dan penyebab korban tersebut tewas.
Karangasem
Kepala Pelaksanaan (Kalaksa) BPBD Karangasem, Ida Bagus Ketut Arimbawa, mengatakan hujan deras selama dua hari terakhir menyebabkan banjir, pohon tumbang, tembok roboh, hingga tanah longsor di Kecamatan Rendang, Sepat, Bebandem dan Manggis.
Dia mengaku belum memastikan data-data dampak banjir karena masih fokus penanganan bencana, seperti dilaporkan Detik.com.
‘Parah banget banjirnya’
Tasha, warga Padangsambian, Denpasar Barat, mengatakan air mulai masuk ke rumahnya tengah malam dan mulai surut pada pukul 08.00-09.00 Wita.
Dia mengaku baru pindah ke lokasi tersebut yang menurut tetangga sekitar merupakan area bebas banjir. “Makanya orang sekitar sini pun kaget, parah banget banjirnya,” tutur warga asal Jakarta yang berdomisili di Bali sejak 2022 lalu.
Tasha mengungkapkan banjir kali ini merupakan pengalaman pertamanya di Bali. Ia kaget melihat dampak banjir yang begitu luas.
“Selama ini, saya kira Bali punya sistem drainase dan perairan yang memadai. Dari kejadian ini, saya sadar kalau infrastruktur di Bali lebih kompleks, terutama dengan hujan ekstrem,” terang dia.
Hingga saat ini, belum ada bantuan dari pihak Pemprov atau pun Pemkab di wilayahnya. Padahal, Tasha mengaku kerugian materialnya cukup besar karena barang-barang elektronik, seperti kulkas dan dispenser ikut terendam banjir.
Hal serupa disampaikan Ronatal Siahaan, warga Batu Bulan, Gianyar.
Air masuk ke rumahnya sejak pukul 03.00 Wita dari luapan air sungai di belakang rumah. Ketinggian air mencapai sekitar 40 cm.
Ronatal mengaku banjir yang dialaminya bukan pertama kali.
Sebelumnya, ia juga mengalami banjir saat tinggal di Kesiman Kertalangu, Denpasar Timur.
“Tapi tidak separah sekarang. Banjir waktu tinggal di Kesiman Kertangu hanya sekitar mata kaki.”
‘Kerugian ditaksir miliaran rupiah’
Kerugian material yang diderita warga dan pengusaha yang terdampak banjir bandang di Bali bisa mencapai ratusan miliar. Perkiraan ini dikatakan ekonom di Universitas Udayana, Amrita Nugraheni Saraswaty.
Kerugian itu, menurut Amrita, dihitung dari rumah dan kendaraan warga yang terendam hingga bangunan yang roboh.
“Kalau ditotal, kerugian warga itu puluhan miliar. Itu belum termasuk aktivitas perdagangan dan pariwisata yang terdampak akibat akses jalan terputus dan lalu lintas lumpuh,” ujarnya.
Selain itu, Amrita menyebut terdapat pula opportunity cost atau biaya peluang yang lenyap akibat banjir ini. Banjir membuat warga kehilangan waktu di jalanan karena akses jalan terputus dan lalu lintas lumpuh.
“Apalagi di Bali hari ini hari raya Pagerwesi, tentu warga menderita kerugian,” ujarnya.
Menurut Amrita, pemerintah semestinya bisa mencegah banjir bandang jika mereka menanggulangi berbagai banjir berskala kecil yang kerap terjadi beberapa tahun terakhir.
Perencanaan pembangunan dan alih fungsi lahan, termasuk masifnya pembangunan pemukiman, disebut Amrita menjadi biang keladi banjir tengah pekan ini, walau curah hujan lebat selama dua hari terakhir turut menjadi faktor pemicu.
Amrita menyarankan pemerintah menggandeng warga mencari solusi banjir bandang, terutama di aliran Sungai Ayung. Luapan Sungai Ayung yang mengalir panjang melintasi beberapa wilayah di Bali bisa dilacak dari hulu ke hilir.
“Dicari persoalannya kenapa aliran sungai terhenti, apa daerah resapannya hilang atau berkurang? Lalu cari solusinya apakah harus reboisasi atau penanaman pohon, jangan malah menghilangkan sempadan pantai dan aliran sungai terus dibangun,” ucapnya.
Apa penyebab banjir?
Kepala BPBD Bali, Gede Agung Teja Bhusana Yadnya, mengatakan ada beberapa faktor penyebab Bali dikepung banjir.
- Intensitas hujan yang tinggi sejak Selasa (8/9).
- Saluran air dan sungai meluap karena tidak mampu menampung volume air hujan
- Sampah
- Dampak masifnya pembangunan
Gubernur Wayan Koster menyinggung upaya membersihkan sampah dalam penanganan banjir di Pasar Kumbasari. Namun, ia menolak menyebut sampah jadi satu-satunya alasan banjir Bali.
Menurut dia, curah hujan dan intensitas hujan yang tidak berhenti-henti sejak kemarin memicu banjir.
Kepala BPBD Bali, Gede Agung Teja Bhusana Yadnya, menyoroti masalah pembangunan.
“Pembangunan ini masalah infrastruktur, infrastruktur jaringan saluran air itu kan harus bagus, kemudian aliran-aliran sungai itu juga terganggu kan karena dampak pembangunan,” katanya kepada Kumparan.com.
Mengapa hujan deras melanda Bali?
Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar mengungkapkan gelombang ekuatorial Rossby memicu terjadinya cuaca buruk di Bali dalam dua hari terakhir.
“Aktifnya gelombang ekuatorial Rossby di wilayah Bali dan sekitarnya mendukung pertumbuhan awan konvektif penyebab hujan lebat,” kata Ketua Kelompok Kerja Operasional Meteorologi BBMKG Wilayah III, Wayan Musteana, kepada kantor berita Antara, Rabu (10/09).
Dia menambahkan kondisi tersebut juga didukung nilai kelembaban udara tinggi dari lapisan permukaan hingga lapisan 500 milibar (mb).
Menurut Wayan Musteana, gelombang ekuatorial Rossby atau Rossby Ekuator adalah gelombang atmosfer yang bergerak ke arah barat di sekitar ekuator.
Apabila gelombang itu aktif, lanjutnya, maka dapat menyebabkan terjadinya peningkatan pertumbuhan awan hujan di wilayah yang dilewati.
BBMKG Wilayah III Denpasar juga memperkirakan kondisi tersebut diprediksi terjadi hingga Rabu (10/09). Tren curah hujan diprediksi akan menurun pada Kamis (11/09).
Pihaknya juga memperkirakan kondisi musim saat ini di Bali sudah memasuki musim peralihan dari musim kemarau ke musim hujan. | PkdpNews.Com | BBC | *** |
1 Comment
oke